Sumber: Commercial Content | Editor: Ridwal Prima Gozal
KONTAN.CO.ID Jakarta, 4 Desember 2019 - Dalam rangka memperingati hari disabiltas internasional yang jatuh pada 3 Desember 2019 Specialisterne Foundation (SF) bekerja sama dengan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya Indonesia dan dengan dukungan keuangan dari Brunel menyelenggarakan Luncheon Advantage Indonesia Autism (LAIA) 2019 di Kampus 1 Semanggi Unika Atma Jaya. Tujuan forum ini untuk mempromosikan pekerjaan bagi penyandang autis secara global, untuk mendukung Pasal 27 Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas (CRPD) tentang pekerjaan dan pekerjaan, yang mengakui hak para penyandang cacat untuk bekerja secara setara. dasar dengan orang lain, dan ke pasar tenaga kerja dan lingkungan kerja yang terbuka, inklusif dan dapat diakses.
Melalui program ini dilakukan diskusi yang terkait dengan peningkatan bakat dan pengembangan karir untuk orang autis, serta memberikan inspirasi dari praktik terbaik termasuk orang autis di pasar tenaga kerja dengan melibatkan para pakar, akademisi, pengambil kebijakan dan pelaku usaha.
Berawal dari seruan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada peringatan Hari Kesadaran Autisme Sedunia PBB tahun 2015 yang menyerukan kepada para pengusaha untuk membuat komitmen nyata dengan menawarkan kesempatan kerja bagi individu-individu yang memiliki spektrum autisme. Acara yang berjudul "Ketenagakerjaan: Keuntungan Autisme" ini diselenggarakan oleh Departemen Komunikasi Global PBB dan Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial, bekerja sama dengan Specialisterne Foundation, dan dengan dukungan dari Global Compact PBB.
Target dari PBB dengan keterlibatan SF adalah pada tahun 2030 tercapai pekerjaan penuh dan produktif serta pekerjaan yang layak untuk semua perempuan dan laki-laki, termasuk untuk kaum muda dan para penyandang disabilitas, dan upah yang sama untuk pekerjaan dengan nilai yang sama.
Tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan bakat penyandang autis dan mendorong perusahaan untuk memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkarya dan menunjukan keterampilan mereka. Secara global, kami mendorong pemangku kepentingan yang berbeda untuk bermitra dan menciptakan lingkungan kerja yang inklusif sambil memperluas ruang lingkup untuk memasukkan orang-orang neurodivergent (autisme, ADHD, OCD, disleksia, dll.) - dengan atau tanpa diagnosis.
Indonesia Ramah Terhadap Disabilitas
Saat ini Indonesia sudah jauh lebh ramah dan terbuka dengan penyandang disabilitas. Bahkan minggu lalu Presiden Jokowi mengumumkan penunjukan staf khusus yang berasal dari kalangan milenial dan salah satunya penyandang disabilitas. Ini merupakan momen yang baik bagi komunitas yang menyuarakan Indonesia lebih inklusi untuk memberikan masukan terkait kebijakan kepada penyandang disabilitas khususnya mengenai lapangan pekerjaan.
Berbicara mengenai sumber daya manusia maju maka siapapun tanpa pengecualian punya hak yang sama untuk menjadi kategori sumber daya maju.
Program LAIA yang merupakan kolaborasi Spesialisterne Foundation dengan Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya dan dukungan keuangan dari Brunel ingin mewujudkan satu juga lapangan kerja seluruh dunia bagi orang penyandang Autisme. Melalui kehadiran para pakar, akademisi, pengambil kebijakan, perwakilan pemilik usaha diharapkan dapat meningkatkan dukungan dan partisipasi para pemilik usaha dan pengambil kebijakan untuk memberikan ruang bagi penyandang autism secara khusus dan penyandang disabilitas secara umum.
Thorkil Sonne pendiri Spesialisterne Foundtion menyatakan "Kami sangat senang melakukan panggilan aksi dari PBB untuk mempekerjakan orang-orang autis di Indonesia. Saya sangat menghargai Unika Atma Jaya yang menunjukkan komitmen kuat sebagai tuan rumah LAIA. Kami berharap dapat berkumpul dengan pikiran terbuka, bertukar pikiran dengan para pemimpin untuk membahas bagaimana semua pemangku kepentingan dapat memperoleh manfaat dari tenaga kerja penyandang autis di pasar tenaga kerja utama. Sebagai negara multikultural dengan populasi besar, Indonesia dapat memainkan peran utama di kancah global dalam menunjukkan cara-cara baru untuk memanfaatkan keunggulan autisme ". Sebagai informasi Thorkil sendiri telah memperkejakan para penyandang autism di kantornya.
Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya (FP UAJ) memiliki kepedulian besar terhadap penyandang disabilitas khususnya terkait isu autism. Dr. Angela Oktaviani Suryani, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya menyatakan keterlibatan FP UAJ pada program ini dalam bentuk program pelatihan dan pembuatan modul-modul antara lain pelatihan wawancara bagi perusahaan yang membuka diri bagi penyandang autisme, pelatihan bagi caregiver, dan pelatihan bagi perusahaan itu sendiri. “Ini merupakan komitmen kami dan universitas yang memiliki nilai inti kepedulian sosial.” Tambahnya.
Beberapa tokoh publik juga hadir dalam acara ini, salah satunya perwakilan Komisi I DPR-RI Muhammad Farhan. Ia mengatakan “Yang paling penting tentunya ini menjadi bagian yang menjaga kesinambungan usaha kita untuk menjadi masyarakat yang lebih inklusif, karena bagaimana pun juga inklusifitas itu sebenarnya bukan masalah keterbukaan terhadap penyandang disabilitas tetapi harus menjadi bagian dari ke-bhinekaan Indonesia, serta usaha yang bekelanjutan seperti ini mesti ada juga di berbagai macam daerah.”
Di sisi lain, hadir juga pianis dan komponis ternama Indonesia yang mengalami Asperger Syndrome. Beliau mengungkapkan “Kegiatan ini penting banget apalagi jarang juga seminar soal autism di Indonesia, terutama disini karena menyangkut lapangan pekerjaan. Ini untuk membuktikan bahwa orang-orang dari spektrum autism itu kita bisa berkontribusi dalam banyak hal. Harapannya kita bisa dimengerti di masyarakat, bukan dikasihani. Masyarakat harus mengerti bahwa kami bisa berkontribusi dalam hal spesifik.”
Melalui forum ini juga ingin menyampaikan kepada public yang lebih luas mengenai keistimewaan penyandang autism sebagai tenaga kerja. Seperti yang disampaikan oleh Rob Austin, Profesor di Ivey Business School di Kanada dalam tulisannya yang diterbitkan oleh Harvard Business Review tahun 2017 dengan Judul “Neurodiversity as a Competitive Advantage.” Rob mengatakan hasil risetnya selama puluhan tahun menyatakan bahwa perusahaan yang memperkejakan karyawan penyandang autism menunjukan nilai lebih dalam pertumbuhan perusahaanya. Dan ini bukan hanya mengenai melakukan perbuatan baik bagi komunitas tapi karena dengan melakukan hal tersebut adalah baik untuk bisnis mereka.
Melalui penelitiannya, ia mengungkapkan tiga manfaat menjalankan program ketenagakerjaan neurodiversity:
1. Membantu perusahaan mengakses bakat maksimal untuk membantu mereka menang dalam persaingan berbasis inovasi. Untuk melakukan ini mereka membutuhkan orang yang berpikir berbeda. Mereka membutuhkan orang-orang yang “outlier”. Program-program kerja neurodiversity adalah cara yang sangat baik untuk mencapai hal ini.
2. Satu temuan konsisten dalam penelitian Rob adalah bahwa ketika kami merancang solusi organisasi untuk orang-orang pada spektrum autisme, atau untuk orang lain yang memiliki neurodiverse, sebagian besar dari apa yang kami desain biasanya ternyata bermanfaat bagi semua karyawan.
3. Temuan kami melalui penelitian ini secara konsisten menunjukan bahwa ketika perusahaan menerapkan program kerja neurodiversity, itu membuat semua karyawan merasa nyaman dengan pekerjaan mereka dan perusahaan. Semua orang ingin pekerjaan mereka menjadi bermakna, dan program-program kerja neurodiversity membuat orang berpikir pekerjaan mereka bermakna.
Harapan besar dari kegiatan ini adalah penyandang disabilitas tidak dipandang sebagai beban tetapi mereka adalah insan istimewa yang memberikan kontribusi istimewa dan bermakna bagi masyarakat khususnya dalam dunia kerja.
Tentang Specialisterne Foundation (SF)
Specialisterne Foundation adalah yayasan nirlaba dengan tujuan untuk menghasilkan lapangan kerja bagi satu juta orang autis / neurodivergent melalui kewirausahaan sosial, keterlibatan sektor korporasi, dan perubahan pola pikir global. Dengan kantor pusat yang berlokasi di Kopenhagen, Denmark, Specialisterne Foundation bekerja secara global untuk mewujudkan visi kami tentang dunia di mana orang diberi kesempatan yang sama di pasar tenaga kerja.
Specialisterne Foundation dikaitkan dengan Departemen Komunikasi Global Perserikatan Bangsa-Bangsa dan berkomitmen untuk mempromosikan 'Panggilan Aksi' Perserikatan Bangsa-Bangsa bagi pengusaha untuk mempekerjakan orang autis / neurodivergent. Specialisterne Foundation bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan dan menunjukkan bagaimana dimasukkannya orang autis / neurodivergent dapat meningkatkan tempat kerja dan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup. Dengan bertindak sebagai katalis dan mendukung karyawan secara global, Specialisterne Foundation berupaya menerapkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 8, target 5: "mencapai pekerjaan penuh dan produktif serta pekerjaan yang layak untuk semua wanita dan pria, termasuk untuk kaum muda dan para penyandang cacat, dan upah yang sama untuk pekerjaan yang nilainya sama”.
Sejak 2004, kami telah membuktikan 'Keuntungan Autisme' dan menggerakkan gerakan global yang sejauh ini telah menghasilkan 10.000 orang autis dalam pekerjaan kompetitif di sejumlah sektor bisnis.
Thorkil Sonne pendiri Specialisterne Foundation adalah Pewirausaha Sosial Yayasan Schwab Forum Ekonomi Dunia, Ashoka Globalizer Fellow dan Ketua Dewan Tanggung Jawab Perusahaan Denmark dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Tentang Universitas Katolik Indonesia (UNIKA) Atma Jaya
Unika Atma Jaya yang berdiri tanggal 1 Juni 1960 kini memiliki 20 program studi sarjana (S1) dan 13 program Pascasarjana serta 4 Prodi Profesi. Berbagai penghargaan telah diraih antara lain tahun 2019 meraih bintang lima, kategori tertinggi pada bidang Social Responsibility dan Employability. Pemeringkatan dilakukan oleh lembaga peringkat dunia berbasis di London, QS Stars. Unika Atma Jaya memiliki 3 lokasi yaitu Kampus Semanggi sebagai Center for Nation Development. Mengembangkan beragam kajian yang sangat relevan dengan sinergi Bisnis-Pemerintah-Masyarakat. Kampus Pluit sebagai Center for Health Development. Menyelenggarakan pendidikan Kedokteran dan Farmasi yang unggul, berkualitas, dan bereputasi internasional melalui metode experiental learning hospital bersama Rumah Sakit Atma Jaya. Kampus BSD sebagai Center for Human Development di BSD. Berfokus pada pengembangan dan pembentukan karakter mahasiswa sebagai penerus bangsa. http://atmajaya.ac.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News